Jumat, 19 Februari 2010 21:10 WIB,Penulis : Anindityo Wicaksono
Sumber : www.mediaindonesia.com
JAKARTA--MI: Konsumen gula konsumsi rumah tangga atau gula kristal produksi (GKP) harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk tahun ini. Harga gula di pasar domestik yang terus melambung dua bulan belakangan diperkirakan akan sulit turun.
"Hal itu merupakan imbas dari kebijakan impor yang ditempuh Indonesia dalam menutupi defisit pasokan di dalam negeri," ujar Chairman of Agronomy Research Group Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Suyoto Hadisaputro, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (19/2).
Dia mengatakan, minimnya gula mentah (raw sugar) atau gula rafinasi di dalam negeri memang akan menyebabkan permintaan terhadap gula konsumsi atau gula kristal putih (GKP) di pasar domestik meningkat.
Pasalnya, jika kebutuhan gula rafinasi sebesar 1,2 juta ton tidak terpenuhi atau harganya terus bergejolak, industri makanan dan minuman yang ingin berefisiensi akan menyedot gula konsumsi. Hal itu akan cepat menyebabkan harga gula di masyarakat akan naik karena menipisnya stok.
Di sisi lain, P3GI memperkirakan produksi GKP tahun ini tak akan berubah banyak dibanding tahun lalu. Kalau ada peningkatan, itu pun tidak signifikan. Hal itu terkait dampak iklim El Nino yang berlanjut hingga tahun ini. Bertambah panjangnya musim hujan di beberapa daerah hingga 1-1,5 bulan akan berpengaruh menurunkan tingkat rendemen tebu.
Menurut dia, berdasarkan data P3GI, di 2009, realisasi produksi GKP nasional dari seluruh pabrik gula yang diauditnya sebesar 2,294 juta ton. Adapun tingkat rendemen sebesar 7,61%. Jumlah itu lebih sedikit dari data produksi GKP yang dimiliki Dewan Gula Indonesia (DGI) yang mencapai 2,6 juta ton.
Menurut dia, program revitalisasi industri gula yang disusun Kementerian Perindustrian menargetkan luas areal tebu di 2010 mencapai 500 ribu ha. Atau bertambah sekitar 78.000 ha dari luas areal tahun lalu yang seluas 422.000 ha. "Jika itu tercapai, produksi GKP tahun ini ditargetkan dapat menjadi 2,7-3 juta ton," ujarnya.
Namun demikian, dia menyangsikan target penambahan areal seiring produksi gula itu dapat terpenuhi. Pasalnya, hingga kini pihaknya mencatat baru ada satu pabrik GKP baru yang akan meramaikan dalam musim giling tahun ini, yakni PT Laju Perdana Indah. Pabrik gula yang beroperasi di Sumatra Selatan dengan luas lahan tebu sebesar 11 ribu ha itu akan memasuki musim giling pada Mei-Juni tahun ini.
Menurut dia, dengan sedikitnya penambahan areal dan produksi itu, pihaknya memperkirakan produksi GKP tahun ini tidak akan berbeda jauh dibanding pencapaian tahun lalu yang sebesar 2,294 juta ton. "Maksimal 2,3-2,4 juta ton," ujarnya.
Peningkatan itu juga akan dapat tercapai dengan catatan, rendemen nasional tahun ini dapat ditingkatkan dari 7,61% di 2009 menjadi 7,8-8%. Angka itu mendekati tingkat rendemen di 2008. Tingkat rendemen itu akan tercapai asalkan musim hujan awal tahun tidak mundur hingga Mei.
"Kalau musim hujan mundur melebihi Mei, rendemen nasional hanya akan meningkat sedikit di atas 7,61%," ujarnya. (*/OL-03)
Komentar :
1. Penalaran : terdapat pada tulisan yang bercetak tebal,karena ini bernalar dan nyata dengan keadaan yang ada.
2.Argumentasi : terdapat pada tulisan yang bercetak miring,walaupun berargument tapi ini juga bernalar,karena meniliti yang sesuai aturan.
"Hal itu merupakan imbas dari kebijakan impor yang ditempuh Indonesia dalam menutupi defisit pasokan di dalam negeri," ujar Chairman of Agronomy Research Group Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), Suyoto Hadisaputro, saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (19/2).
Dia mengatakan, minimnya gula mentah (raw sugar) atau gula rafinasi di dalam negeri memang akan menyebabkan permintaan terhadap gula konsumsi atau gula kristal putih (GKP) di pasar domestik meningkat.
Pasalnya, jika kebutuhan gula rafinasi sebesar 1,2 juta ton tidak terpenuhi atau harganya terus bergejolak, industri makanan dan minuman yang ingin berefisiensi akan menyedot gula konsumsi. Hal itu akan cepat menyebabkan harga gula di masyarakat akan naik karena menipisnya stok.
Di sisi lain, P3GI memperkirakan produksi GKP tahun ini tak akan berubah banyak dibanding tahun lalu. Kalau ada peningkatan, itu pun tidak signifikan. Hal itu terkait dampak iklim El Nino yang berlanjut hingga tahun ini. Bertambah panjangnya musim hujan di beberapa daerah hingga 1-1,5 bulan akan berpengaruh menurunkan tingkat rendemen tebu.
Menurut dia, berdasarkan data P3GI, di 2009, realisasi produksi GKP nasional dari seluruh pabrik gula yang diauditnya sebesar 2,294 juta ton. Adapun tingkat rendemen sebesar 7,61%. Jumlah itu lebih sedikit dari data produksi GKP yang dimiliki Dewan Gula Indonesia (DGI) yang mencapai 2,6 juta ton.
Menurut dia, program revitalisasi industri gula yang disusun Kementerian Perindustrian menargetkan luas areal tebu di 2010 mencapai 500 ribu ha. Atau bertambah sekitar 78.000 ha dari luas areal tahun lalu yang seluas 422.000 ha. "Jika itu tercapai, produksi GKP tahun ini ditargetkan dapat menjadi 2,7-3 juta ton," ujarnya.
Namun demikian, dia menyangsikan target penambahan areal seiring produksi gula itu dapat terpenuhi. Pasalnya, hingga kini pihaknya mencatat baru ada satu pabrik GKP baru yang akan meramaikan dalam musim giling tahun ini, yakni PT Laju Perdana Indah. Pabrik gula yang beroperasi di Sumatra Selatan dengan luas lahan tebu sebesar 11 ribu ha itu akan memasuki musim giling pada Mei-Juni tahun ini.
Menurut dia, dengan sedikitnya penambahan areal dan produksi itu, pihaknya memperkirakan produksi GKP tahun ini tidak akan berbeda jauh dibanding pencapaian tahun lalu yang sebesar 2,294 juta ton. "Maksimal 2,3-2,4 juta ton," ujarnya.
Peningkatan itu juga akan dapat tercapai dengan catatan, rendemen nasional tahun ini dapat ditingkatkan dari 7,61% di 2009 menjadi 7,8-8%. Angka itu mendekati tingkat rendemen di 2008. Tingkat rendemen itu akan tercapai asalkan musim hujan awal tahun tidak mundur hingga Mei.
"Kalau musim hujan mundur melebihi Mei, rendemen nasional hanya akan meningkat sedikit di atas 7,61%," ujarnya. (*/OL-03)
Komentar :
1. Penalaran : terdapat pada tulisan yang bercetak tebal,karena ini bernalar dan nyata dengan keadaan yang ada.
2.Argumentasi : terdapat pada tulisan yang bercetak miring,walaupun berargument tapi ini juga bernalar,karena meniliti yang sesuai aturan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar